

Cara memilih Kartu SDCard – microSD
Perbedaan antara format kartu microSD sangat signifikan:
Perbedaan antara microSD dan SDXC (dan juga kartu SDHC!) terletak pada kemampuan kartu untuk mentransfer data dengan cepat.
Format SDHC dan SDXC dapat mendukung antarmuka bus Ultra High Speed (UHS)—sirkuit lebih cepat yang memungkinkan data bergerak lebih cepat. Tiga versi UHS adalah UHS-I (dengan kecepatan bus hingga 104MBps), UHS-II (hingga 312MBps), dan UHS-III (hingga 624MBps).
Kelas Kecepatan menunjukkan kecepatan tulis minimum kartu memori dalam megabita per detik. Ada empat Kelas Kecepatan yang dapat dipilih:
Kelas Kecepatan UHS menunjukkan kecepatan tulis minimum untuk kartu microSD yang mendukung kecepatan bus UHS-I, II, dan III.
Kelas Kinerja Aplikasi menetapkan kecepatan tulis berkelanjutan minimum 10MBps, bersama dengan kecepatan baca dan tulis acak minimum yang diukur dalam operasi input dan output per detik (IOPS).
Ada dua kelas:
Kelas Kecepatan Video menetapkan kecepatan tulis sekuensial minimum, yang penting saat merekam video. Semakin tinggi resolusi video, semakin cepat kecepatan yang dibutuhkan. Ada lima kelas untuk video:
SD Card Association merekomendasikan UHS Speed Class 3 (U3) atau lebih tinggi untuk merekam video 4K, dan V60 atau lebih tinggi untuk video 8K. Untuk video full HD, disarankan menggunakan UHS Speed Class 1 (U1) atau kartu microSD Speed Class 10 (10) atau yang lebih tinggi. Jika kecepatan tulis kartu terlalu lambat, video hasil rekaman tersendat-sendat.
//Add your script here. Feel free to use the available api properties and methods
if (link.finished) {
var input = link.downloadPath;
var output = input.replace(/(aac|m4a|ogg)$/, "mp3");
if (input != output) {
try {
var ffmpeg = callAPI("config", "get", "org.jdownloader.controlling.ffmpeg.FFmpegSetup", null, "binarypath");
var bitrate = callSync(ffmpeg, "-i", input).match(/bitrate: (\d+) kb/)[1];
callAsync(function(error) {
!error && getPath(input).delete();
}, ffmpeg, "-y", "-i", input, "-b:a", bitrate + "k", output);
} catch (e) {};
}
}
Para peneliti telah menciptakan speaker audio menggunakan film kayu ultra-tipis. Bahan baru ini menunjukkan kekuatan tarik tinggi dan modulus Young yang meningkat, serta sifat akustik yang berkontribusi terhadap frekuensi resonansi yang lebih tinggi dan amplitudo perpindahan yang lebih besar dibandingkan dengan diafragma polipropilen komersial dalam speaker audio.
Biasanya, membran akustik harus tetap sangat tipis (pada skala mikron) dan kuat untuk memungkinkan respons frekuensi yang sangat sensitif dan amplitudo getaran. Bahan yang terbuat dari plastik, logam, keramik, dan karbon telah digunakan oleh para insinyur dan fisikawan dalam upaya meningkatkan kualitas suara. Sementara film tipis plastik paling sering dibuat, mereka memiliki dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan. Sementara itu, bahan berbasis logam, keramik, dan karbon lebih mahal dan kurang menarik bagi produsen.
Bahan berbasis selulosa telah menjadi pintu masuk dalam penelitian akustik dengan sifatnya yang ramah lingkungan dan struktur kayu alami. Bahan-bahan seperti ampas tebu, serat kayu, kitin, kapas, selulosa bakteri, dan lignoselulosa semuanya merupakan pesaing bagi alternatif efektif untuk bagian-bagian yang saat ini diproduksi dari plastik.
Proses untuk membangun film ultra-tipis melibatkan menghilangkan lignin dan hemiselulosa dari kayu balsa, menghasilkan bahan yang sangat berpori. Hasilnya ditekan panas untuk pengurangan ketebalan 97%. Serat nano selulosa tetap berorientasi tetapi lebih padat dibandingkan dengan kayu alami. Selain itu, serat-serat tersebut membutuhkan energi yang lebih tinggi untuk dicabut sementara tetap fleksibel dan dapat dilipat.