Belajar Bahasa Arab 01

I’RAB ISIM ,ISIM MARFU ,ISIM MANSHUB ,ISIM MAJRUR

إِعْرَاب اْلاِسْم
I’RAB ISIM

I’rab ialah perubahan baris/bentuk yang terjadi di belakang sebuah kata sesuai dengan kedudukan kata tersebut dalam susunan kalimat. Pada dasarnya, Isim bisa mengalami tiga macam I’rab yaitu:

1. I’RAB RAFA’ ( رَفْع ) atau Subjek; dengan tanda pokok: Dhammah ( ُ )
2. I’RAB NASHAB (
نَصْب ) atau Objek; dengan tanda pokok: Fathah ( َ )
3. I’RAB JARR (
جَرّ ) atau Keterangan; dengan tanda pokok: Kasrah ( ِ )

Perhatikan contoh dalam kalimat di bawah ini:

جَاءَ الطُّلاَّبُ = datang siswa-siswa

رَأَيْتُ الطُّلاَّبَ

= aku melihat siswa-siswa

سَلَّمْتُ عَلَى الطُّلاَّبِ

= aku memberi salam kepada siswa-siswa

Isim الطُّلاَّب (=siswa-siswa) pada contoh di atas mengalami tiga macam I’rab:

1) I’rab Rafa’ (Subjek) dengan tanda Dhammah di huruf akhirnya ( الطُّلاَّبُ )
2)
I’rab Nashab (Objek) dengan tanda Fathah di huruf akhirnya ( الطُّلاَّبَ )
3)
I’rab Jarr (Keterangan) dengan tanda Kasrah di huruf akhirnya ( الطُّلاَّبِ )

Alamat I’rab seperti ini dinamakan Alamat Ashliyyah (عَلاَمَات اْلأَصْلِيَّة) atau tanda-tanda asli (pokok).

Perlu diketahui bahwa tidak semua Isim bisa mengalami I’rab atau perubahan baris/bentuk di akhir kata. Dalam hal ini, Isim terbagi dua:

1) ISIM MU’RAB ( اِسْم مُعْرَب ) yaitu Isim yang bisa mengalami I’rab. Kebanyakan Isim adalah Isim Mu’rab artinya bisa berubah bentuk/baris akhirnya, tergantung kedudukannya dalam kalimat.

2) ISIM MABNI ( اِسْم مَبْنِي ) yaitu Isim yang tidak terkena kaidah-kaidah I’rab. Yang termasuk Isim Mabni adalah: Isim Dhamir (Kata Ganti), Isim Isyarat (Kata Tunjuk), Isim Maushul (Kata Sambung), Isim Istifham (Kata Tanya).

Perhatikan contoh Isim Mabni dalam kalimat-kalimat di bawah ini:

جَاءَ هَؤُلاَءِ

= datang (mereka) ini

رَأَيْتُ هَؤُلاَءِ = aku melihat (mereka) ini
سَلَّمْتُ عَلَى هَؤُلاَءِ = aku memberi salam kepada (mereka) ini

Dalam contoh-contoh di atas terlihat bahwa Isim Isyarah هَؤُلاَءِ (=ini) tidak mengalami I’rab atau perubahan baris/bentuk di akhir kata, meskipun kedudukannya dalam kalimat berubah-ubah, baik sebagai Subjek, Objek maupun Keterangan. Isim Isyarah termasuk diantara kelompok Isim Mabni.

Bila anda telah memahami baik-baik tentang pengertian I’rab dan tanda-tanda aslinya, marilah kita melanjutkan pelajaran tentang Isim Mu’rab.

اِسْم مَرْفُوْع
ISIM MARFU’

Isim yang mengalami I’rab Rafa’ dinamakan Isim Marfu’ yang terdiri dari:

1) Mubtada’ (Subjek) dan Khabar (Predikat) pada Jumlah Ismiyyah (Kalimat Nominal). Perhatikan contoh-contoh Jumlah Ismiyyah di bawah ini:

اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ

= rumah itu besar

اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ جَمِيْلٌ = rumah itu besar (lagi) indah
اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ جَمِيْلٌ

= rumah besar itu indah

اَلْبَيْتُ الْكَبِيْرُ جَمِيْلٌ غَالٌ

= rumah besar itu indah (lagi) mahal

Dalam contoh di atas terlihat bahwa semua Isim yang terdapat dalam Jumlah Ismiyyah adalah Marfu’ (mengalami I’rab Rafa’), tandanya adalah Dhammah.

2) Fa’il (Subjek Pelaku) atau Naib al-Fa’il (Pengganti Subjek Pelaku) pada Jumlah Fi’liyyah (Kalimat Verbal). Contoh:

جَاءَ مُحَمَّدٌ

= Muhammad datang

يَغْلِبُ عُمَرُ = Umar menang
يُغْلَبُ الْكَافِرُ

= orang kafir itu dikalahkan

لُعِنَ الشَّيْطَانُ = syaitan itu dilaknat

مُحَمَّدٌ (=Muhammad) –> Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah
عُمَرُ (=Umar) –> Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah
الْكَافِرُ (=orang kafir) –> Naib al-Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah.
الشَّيْطَانُ (=syaitan) –> Naib al-Fa’il –> Marfu’ dengan tanda Dhammah.

Pahamilah baik-baik semua kaidah-kaidah yang terdapat dalam pelajaran ini sebelum melangkah ke pelajaran selanjutnya.

اِسْم مَنْصُوْب
ISIM MANSHUB

Isim yang terkena I’rab Nashab disebut Isim Manshub. Yang menjadi Isim Manshub adalah semua Isim selain Fa’il atau Naib al-Fa’il dalam Jumlah Fi’liyyah.

1) MAF’UL (مَفْعُوْل) yakni Isim yang dikenai pekerjaan (Objek Penderita).

قَرَأَ مُحَمَّدٌ الْقُرْآنَ

= Muhammad membaca al-Quran

القُرْآنَ (= al-Quran) –> Maf’ul –> Manshub dengan tanda fathah.

2) MASHDAR ( مَصْدَر ) yakni Isim yang memiliki makna Fi’il dan berfungsi untuk menjelaskan atau menegaskan (menguatkan) arti dari Fi’il.

قَرَأَ مُحَمَّدٌ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلاً

= Muhammad membaca al-Quran dengan tartil (perlahan-lahan)

تَرْتِيْلاً (= perlahan-lahan) –> Mashdar –> Manshub dengan tanda fathah.

3) HAL ( حَال ) ialah Isim yang berfungsi untuk menjelaskan keadaan Fa’il atau Maf’ul ketika berlangsungnya pekerjaan.

قَرَأَ مُحَمَّدٌ الْقُرْآنَ خَاشِعًا

= Muhammad membaca al-Quran dengan khusyu’

خَاشِعًا (= orang yang khusyu’) –> Hal –> Manshub dengan tanda fathah.

4) TAMYIZ ( تَمْيِيْز ) ialah Isim yang berfungsi menerangkan maksud dari Fi’il dalam hubungannya dengan keadaan Fa’il atau Maf’ul.

قَرَأَ مُحَمَّدٌ الْقُرْآنَ عِبَادَةً

= Muhammad membaca al-Quran sebagai suatu ibadah

عِبَادَةً (= ibadah) –> Tamyiz –> Manshub dengan tanda fathah.

5) ZHARAF ZAMAN (ظَرْف زَمَان) atau Keterangan Waktu dan ZHARAF MAKAN (ظَرْف مَكَان) atau Keterangan Tempat.

قَرَأَ مُحَمَّدٌ الْقُرْآنَ لَيْلاً

= Muhammad membaca al-Quran pada suatu malam

لَيْلاً (= malam) –> Zharaf Zaman –> Manshub dengan tanda fathah.

Diantara Zharaf Zaman: يَوْمَ (=pada hari), اَلْيَوْمَ (=pada hari ini), لَيْلاً (=pada malam hari), نَهَارًا (=pada siang hari), صَبَاحًا (=pada pagi hari), مَسَاءً (=pada sore hari), غَدًا (=besok), اْلآنَ (=sekarang), dan sebagainya.
Diantara Zharaf Makan:
أَمَامَ (=di depan), خَلْفَ (=di belakang), وَرَاءَ (=di balik), فَوْقَ (=di atas), تَحْتَ (=di bawah), عِنْدَ (=di sisi), حَوْلَ (=di sekitar), بَيْنَ (=di antara), جَانِبَ (=di sebelah), dan sebagainya.

6) Mudhaf yang berfungsi sebagai MUNADA (

مُنَادَى) atau Seruan/Panggilan.
رَسُوْلُ اللهِ
(=Rasul Allah) adalah Mudhaf-Mudhaf Ilaih, bila berfungsi sebagai Munada, maka kata رَسُوْل (=Rasul) sebagai Mudhaf menjadi Manshub.

يَا رَسُوْلَ اللهِ

= Wahai Rasul Allah

Sedangkan bila Munada itu adalah Isim Mufrad yang bukan merupakan Mudhaf-Mudhaf Ilaih, maka Isim tersebut tetap dalam bentuk Marfu’. Contoh:

يَا مُحَمَّدُ

= Wahai Muhammad

7) MUSTATSNA ( مُسْتَثْنَى ) atau Perkecualian ialah Isim yang terletak sesudah ISTITSNA (اِسْتِثْنَى ) atau Pengecuali. Contoh:

حَضَرَ الطُّلاَّبُ إِلاَّ زَيْدًا

= para siswa telah hadir kecuali Zaid

إِلاَّ (=kecuali) –> Istitsna (Pengecuali).
زَيْدًا (=Zaid) –> Mustatsna (Perkecualian) –> Manshub dengan tanda Fathah

Kata-kata yang biasa menjadi Istitsna antara lain:

إِلاَّ – غَيْرَ – سِوَى – خَلاَ – عَدَا – حِشَا
Semuanya biasa diterjemahkan: kecuali, selain.Isim yang berkedudukan sebagai Mustatsna tidak selalu harus Manshub. Mustatsna bisa menjadi Marfu’ dalam keadaan sebagai berikut:

a) Bila berada dalam Kalimat Negatif dan Subjek yang dikecualikan darinya disebutkan. Maka Mustatsna boleh Manshub dan boleh Marfu’. Contoh:

مَا قَامَ الطُّلاَّبُ إِلاَّ زَيْدًا

= para siswa tidak berdiri kecuali Zaid

مَا قَامَ الطُّلاَّبُ إِلاَّ زَيْدٌ

= para siswa tidak berdiri kecuali Zaid

Kalimat di atas adalah Kalimat Negatif (ada kata: tidak) dan disebutkan Subjek yang dikecualikan darinya yaitu الطُّلاَّبُ (=para siswa) maka Mustatsna boleh Manshub dan boleh pula Marfu’ (زَيْدًا atau زَيْدٌ).

b) Bila Mustatsna berada dalam kalimat Negatif dan Subjek yang dikecualikan darinya tidak disebutkan sedangkan Mustatsna itu berkedudukan sebagai Fa’il maka ia harus mengikuti kaidah I’rab yakni menjadi Marfu’. Contoh:

مَا قَامَ إِلاَّ زَيْدٌ

= tidak berdiri kecuali Zaid

Mustatsna menjadi Marfu’ karena berkedudukan sebagai Fa’il (زَيْدٌ) dan berada dalam Kalimat Negatif yang tidak disebutkan Subjek yang dikecualikan darinya.

اِسْم مَجْرُوْر
ISIM MAJRUR

Isim yang terkena I’rab Jarr disebut Isim Majrur yang terdiri dari:

1) Isim yang diawali dengan Harf Jarr. Yang termasuk Harf Jarr adalah: بِ (=dengan), لِ (=untuk), فِيْ (=di, dalam), عَلَى (=atas), إِلَى (=ke), مِنْ (=dari), كَـ (=bagai), حَتَّى (=hingga), وَ / تَـ untuk sumpah (=demi …).

Perhatikan contoh-contoh berikut:

أَعُوْذُ بِاللهِ = aku berlindung kepada Allah
أُصَلِّيْ فِي الْمَسْجِدِ

= aku shalat di masjid

وَالْعَصْرِ = demi masa!

الله / الْمَسْجِد/ الْعَصْر pada kalimat-kalimat di atas adalah Isim Majrur karena didahului/dimasuki oleh Harf Jarr. Tanda Majrurnya adalah Kasrah.

2) Isim yang berkedudukan sebagai Mudhaf Ilaih. Contoh:

رَسُوْلُ اللهِ (=Rasul Allah) –> رَسُوْلُ [Mudhaf], اللهِ [Mudhaf Ilaih]
أَهْلُ
الْكِتَابِ (=ahlul kitab) –> أَهْلُ [Mudhaf], الْكِتَابِ [Mudhaf Ilaih]

Mudhaf Ilaih selalu sebagai Isim Majrur, sedangkan Mudhaf (Isim di depannya) bisa dalam bentuk Marfu’, Manshub maupun Majrur, tergantung kedudukannya dalam kalimat. Perhatikan contoh-contoh kalimat di bawah ini:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ

= berkata Rasul Allah

أُحِبُّ رَسُوْلَ اللهِ

= saya mencintai Rasul Allah

نُؤْمِنُ بِرَسُوْلِ اللهِ = kami beriman kepada Rasul Allah

Dalam contoh-contoh di atas, Isim رَسُوْل merupakan Mudhaf dan bentuknya bisa Marfu’ (contoh pertama), Manshub (contoh kedua) maupun Majrur (contoh ketiga). Adapun kata الله sebagai Mudhaf Ilaih selalu dalam bentuk Majrur.

3) Termasuk dalam Mudhaf Ilaih adalah Isim yang mengikuti Zharaf.

يَجْلِسُوْنَ أَمَامَ الْبَيْتِ

= mereka duduk-duduk di depan rumah

أَقُوْمُ تَحْتَ الشَّجَرَةِ

= aku berdiri di bawah pohon

Dalam contoh di atas, Isim الْبَيْتِ (=rumah) dan Isim الشَّجَرَةِ (=pohon) adalah Isim Majrur dengan tanda Kasrah karena terletak sesudah Zharaf أَمَامَ (=di depan) dan تَحْتَ (=di bawah). Dalam hal ini, kedua Zharaf tersebut merupakan Mudhaf sedang Isim yang mengikutinya merupakan Mudhaf Ilaih.

Sumber: http://assalik.blogspot.co.id/2010/06/irab-isim-isim-marfu-isim-manshub-isim.html